Manajemen marah adalah keterampilan yang harus di miliki setiap orang tua. Setiap ekspresi kita baik marah, sedih, bahagia sangat mempengaruhi anak-anak kita.
- Memang bukan anak namanya jika tidak banyak tingkah.
- Bukan anak namanya jika selalu menurut perintah.
- Bukan anak namanya jika tidak banyak melakukan kesalahan, bukankah anak memang seorang eksperimen sejati. Di sini tantangan kita sebagai orang tua, apakah membebaskan sekaligus mengawasi anak-anak dengan berbagai percobaan ajaibnya yang sering membuat kita mengerutkan kepala, ataupun kita mengambil sikap marah dan melarang anak untuk melampiaskan segala rasa penasarannya.
Peran menejemen emosi sebagai
orangtua sangat penting. Di sinilah saya belajar untuk puasa marah, dengan cara
yang elegan dan pastinya lebih meningkatkan kecerdasan spiritual. Saya percaya,
kecerdasan spiritual berbanding lurus dengan kecerdasan emosional. Saya hanya
perlu memahami anak dan mendidiknya dengan sabar serta berada dalam koridor
syariah.
Sadar bahwa pemicu emosi juga bukan hanya datang dari anak, tapi bisa dari pasangan kita. Seorang istri sekaligus ibu yang sudah kelelahan dalam mengurusi urusan rumah tangga, menjadikan fisik ibu semakin lelah. Sikap pasangan yang suka menghilang, menutup komunikasi membuat jiwa menjadi tersakiti.
Lantas bagaimana orang tua bisa mengelola emosi? Saya sebagai orang tua harus
belajar banyak tentang agama. Tentang keterikatan amal dengan syariah Islam.
Menjadi orang tua yang ahli ilmu, ahli parenting, ahli ibadah, ahli dzikir,
ahli surga. Sehingga memandang anak bukan untuk pelampiasan emosi yang bertentangan dengan
syariah Islam. Mendidik anak dalam rangka mendapatkan ridha Allah swt dan
dapat melahirkan generasi terbaiknya.
Saya suka teringat dan ingin meneladani sebuah kisah Ibundanya Syeikh Sudais, seorang ibu yang amat terkendali emosinya melihat tingkah anaknya Sudais yang menyebalkan. Ketika Syekh Sudais masih kecil, ia sempat membuat kesal ibundanya. Sudais kecil menuangkan pasir ke dalam hidangan yang sudah disiapkan ibunya untuk menjamu tamu.
Sang ibu yang mengetahui kelakuan anaknya kemudian memarahi Sudais kecil, “Sudais Pergi kamu! Jadilah kamu imam di Haramain (Masjidil haram)!” ucap ibunya dengan nada marah.
Dalam kondisi marah besar itu sang bunda masih bisa menucapkan kata-kata doa untuk anaknya dan siapa sangka doa dalam kondisi marah tersebut Allah kabulkan Sudais menjadi seorang imam Masjidil Haram. Betapa agungnya ibunda syeikh Sudais, karena dia sangat mengontrol kemarahannya dan selalu memiliki kesadaran berhubungan dengan Allah SWT.
Betapa luas ilmunya bahwa memarahi anak dengan cacian dan makian tak berguna bagi dirinya dan anaknya, justru akan menjerumuskan mereka ke neraka jahannam. Betapa sang bunda sangat kokoh aqidahnya bahwa doa jika diucapkan dari lisan seorang ibu tak terelakkan lagi, Allah akan ijabah.
Betapa saya sangat terpesona melihat akhlak bunda Sudais yang memiliki kekuatan visi dalam mendidik anaknya sampai dalam kondisi marah pun, beliau inginkan Sudais menjadi Imam masjidil haram.
Saya suka teringat dan ingin meneladani sebuah kisah Ibundanya Syeikh Sudais, seorang ibu yang amat terkendali emosinya melihat tingkah anaknya Sudais yang menyebalkan. Ketika Syekh Sudais masih kecil, ia sempat membuat kesal ibundanya. Sudais kecil menuangkan pasir ke dalam hidangan yang sudah disiapkan ibunya untuk menjamu tamu.
Sang ibu yang mengetahui kelakuan anaknya kemudian memarahi Sudais kecil, “Sudais Pergi kamu! Jadilah kamu imam di Haramain (Masjidil haram)!” ucap ibunya dengan nada marah.
Dalam kondisi marah besar itu sang bunda masih bisa menucapkan kata-kata doa untuk anaknya dan siapa sangka doa dalam kondisi marah tersebut Allah kabulkan Sudais menjadi seorang imam Masjidil Haram. Betapa agungnya ibunda syeikh Sudais, karena dia sangat mengontrol kemarahannya dan selalu memiliki kesadaran berhubungan dengan Allah SWT.
Betapa luas ilmunya bahwa memarahi anak dengan cacian dan makian tak berguna bagi dirinya dan anaknya, justru akan menjerumuskan mereka ke neraka jahannam. Betapa sang bunda sangat kokoh aqidahnya bahwa doa jika diucapkan dari lisan seorang ibu tak terelakkan lagi, Allah akan ijabah.
Betapa saya sangat terpesona melihat akhlak bunda Sudais yang memiliki kekuatan visi dalam mendidik anaknya sampai dalam kondisi marah pun, beliau inginkan Sudais menjadi Imam masjidil haram.
MasyaAllah Tabarakallah, semoga saya
bisa meniru cara marahnya Ibunda Syeikh Sudais. Aamiin…
-Badge Puasa Marah Saya- |
Irma Tazkiyya - NIM: 3119030030
Ibu Profesional Asia
domisili Jeddah, KSA
#jurnalpuasa
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#mingguke2
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#mingguke2
#janganlupabahagia
#merdekabelajar
#belajarmerdeka
Komentar
Posting Komentar