بسم الله الرحمن الرحيم
Saya masuk dalam keluarga besar manajemen emosi yang diberi nama "Inside Out Family,"
kemudian kami mengisi form pendataan untuk di masukkan ke dalam
keluarga kecil yang dibagi menjadi beberapa sub-topik, diantaranya: Self Healing, Inner Child, Manajemen Konflik dan Manajemen Marah.
Secara garis besar yang saya pelajari selama satu minggu ini adalah:
1. Di dalam keluarga kecil 'Manajemen Marah'
1. Di dalam keluarga kecil 'Manajemen Marah'
Saya masuk di sub-topik manajemen marah. Ketika masuk keluarga ini, ada yang share terkait mengendalikan marah melalui channel Facebook Ustaz Bendri Jaisyurrahman memberikan ceramah
yang 'jleb' banget dihati. Beliau mengatakan, sebagai orangtua sudah
ikut pelatihan parenting yang berbayar atau free, sudah baca buku
parenting, baca terkait manajemen marah, tetapi ko masih gampang
marah-marah sama anak. Itu tandanya kurang siraman spiritual, cobalah
rutinkan bangun malam tahajud, serta membaca Al-qur'an dengan tartil. Berdoa memohon kepada Allah, sang pemilik hati ini.
Ada juga yang share tentang bahasa kasih dari dr. Aisyah Dahlan, katanya manusia itu punya 5 bahasa kasih, antara lain:
- Sentuhan fisik
- Pujian
- Hadiah
- Waktu
- Pelayanan
Bahasa
kasih itu apa? Bahasa yg menyebabkan seorang manusia merasa dicintai
oleh manusia lainnya. Bisa orang tua terhadap anak atau kita terhadap
suami. Bahasa kasih ini perlu supaya dalam keluarga saling merasa
dicintai satu sama lain.
Contohnya, ada anak yang senang banget peluk ibunya. Nah, sebagai orang tua harusnya kita memahami bahwa anak tersebut bahasa kasihnya adalah sentuhan fisik. Dia merasa disayangi orang tuanya ketika dihujani pelukan, belaian, kecupan sayang. Dengan merasa dicintai ini maka tangki cintanya akan penuh, akan membahagiakan. Insya Allah anak akan bertingkah baik ke kita karena dia merasa kalau kita full mencintainya. Ini seperti anak pertama saya, senang sekali dipeluk, dicium dan di gendong. Kalau anak laki-laki saya yang masih berusia 2 tahun, sepertinya bahasa kasihnya pujian atau apresiasi. Jadi kalau adik sudah melakukan suatu hal yang baik dan positif, saya suka memberikannya apresiasi, dan seketika wajahnya langsung sumringah senang.
Ohh ya, marah itu boleh, seperti juga boleh senang. Tetapi yang tidak boleh marah dalam 4 hal: menyakiti tubuh, memaki (menyebut label buruk), merusak dan membentak/ teriak. Lalu karena marah itu adalah salah satu emosi, sama seperti rasa sedih, senang dan lain-lain. Jadi memang harus diekspresikan agar tidak menumpuk dan pada akhirnya bisa meledak di waktu yang tidak tepat. Intinya boleh marah, tapi ekspresikanlah dengan cara yang tepat jangan sampai berlebihan. Lalu bagaimana cara mengeluarkan emosi marah?
Contohnya, ada anak yang senang banget peluk ibunya. Nah, sebagai orang tua harusnya kita memahami bahwa anak tersebut bahasa kasihnya adalah sentuhan fisik. Dia merasa disayangi orang tuanya ketika dihujani pelukan, belaian, kecupan sayang. Dengan merasa dicintai ini maka tangki cintanya akan penuh, akan membahagiakan. Insya Allah anak akan bertingkah baik ke kita karena dia merasa kalau kita full mencintainya. Ini seperti anak pertama saya, senang sekali dipeluk, dicium dan di gendong. Kalau anak laki-laki saya yang masih berusia 2 tahun, sepertinya bahasa kasihnya pujian atau apresiasi. Jadi kalau adik sudah melakukan suatu hal yang baik dan positif, saya suka memberikannya apresiasi, dan seketika wajahnya langsung sumringah senang.
Ohh ya, marah itu boleh, seperti juga boleh senang. Tetapi yang tidak boleh marah dalam 4 hal: menyakiti tubuh, memaki (menyebut label buruk), merusak dan membentak/ teriak. Lalu karena marah itu adalah salah satu emosi, sama seperti rasa sedih, senang dan lain-lain. Jadi memang harus diekspresikan agar tidak menumpuk dan pada akhirnya bisa meledak di waktu yang tidak tepat. Intinya boleh marah, tapi ekspresikanlah dengan cara yang tepat jangan sampai berlebihan. Lalu bagaimana cara mengeluarkan emosi marah?
- Curahkan seluruh hati kepada Allah atau kepada orang terdekat dan terpercaya.
- Ubah konsep diri. ‘Saya adalah ibu dan istri yang sholehah, saya adalah ibu dan istri yang sabar.’ dan lain-lain.
- Dengan cara melakukan terapi menulis, menggambar atau yang lainnya.
- Bisa dengan kegiatan fisik, misalnya membersihkan kamar mandi, namun kegiatan ini hanya dapat menghilangkan emosi secara sesaat saja.
- Jangan lupa untuk mengapresiasi diri.
Kemudian, bagaimana cara mencegah marah?
- Jika sudah merasakan tanda marah, beri jeda, diamlah minimal 3 detik agar lebih tenang dan tidak menyesali perkataan atau perbuatan kita ketika dikuasai emosi marah.
- Tarik nafas dalam-dalam, lalu keluarkan perlahan.
- Gigit lidah, lalu baca istighfar dalam hari.
- Jika belum berhasil, coba berpindah tempat. Bisa dengan mundur beberapa langkah atau pindah ruangan. Beri jeda kepada diri sendiri untuk berpikir.
- Teknik reframing. Lihat masalah dari sudut pandang di luar diri kita.
Pertama shalatlah dengan tenang, tidak terburu-buru, perbanyak shalat malam, bershodaqoh, husnudzon kepada Allah, perbaiki cara komunikasi dengan suami dan anak.
2. Keluarga besar 'Inside Out Family'
Saat ini keluargaku mengajarkan banyak hal. Menjadi seorang ibu yang berusaha untuk memberikan pola asih-asuh-asah yang baik terhadap anak-anak. Namun, beberapa kali mengalami rasa bersalah, karena mengulang kesalahan yang sama. Memohon maaf, ku peluk tubuh mungilnya. Kuterima senyum manis, dan kuterima balasan pelukan yang lebih hangat darinya.
Saat ini keluargaku mengajarkan banyak hal. Menjadi seorang ibu yang berusaha untuk memberikan pola asih-asuh-asah yang baik terhadap anak-anak. Namun, beberapa kali mengalami rasa bersalah, karena mengulang kesalahan yang sama. Memohon maaf, ku peluk tubuh mungilnya. Kuterima senyum manis, dan kuterima balasan pelukan yang lebih hangat darinya.
Diskusi pertama:
“Tuntas Inner Child dan Pengasuhan yang lebih baik” oleh Shinta Rini, M.Psi, Psikolog
Diskusi melalui Telegram kali ini di keluarga manajemen emosi sangat menambah ilmu baru.
Apa itu Inner Child ?
- Pengalaman masa lalu yang sangat kuat, dimana kita meniru tingkah laku, kata-kata, peristiwa dari masa lalu, sehingga membentuk pikiran, keyakinan, dan perilaku yang kita lakukan saat ini.
- Inner Child yang menyenangkan (positif): kreatif, tidak pantang menyerah, dicintai orang tua.
- Inner Child yang terluka (negatif): trauma, luka pengasuhan orang tua, fobia, dll
Inner Child Terluka :
- Luka pengasuhan orang tua di masa kecil yang belum tuntas
- Inner child yang terluka muatan emosi negatifnya kuat, belum tuntas, berusaha dilupakan namun sangat mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku Ibu saat ini
- Saat Ibu lelah, lapar,ngantuk, stres dan marah, inner child terluka akan membajak emosi dan menampilkan emosi yang tidak sesuai dengan usia saat ini, tidak adaptif.
- Contoh : Ibu yang marah saat anaknya membantah kata-kata ibunya, ternyata saat ibu di masa kecil sering di bilang “anak durhaka” saat ia mengungkapkan pendapat, keinginan dan perasaannya ke ibunya
Kondisi yang menjadi pencetus munculnya Inner child terluka :
- Tuntutan pekerjaan rumah, bisnis, organisasi yang harus segera diselesaikan
- Suami menyerahkan pengasuhan anak sepenuhnya kepada Ibu
- Manajemen waktu yang belum optimal
- Sulit mengelola emosi dan stres
- Sulit mengendalikan perilaku Anak
- Kurang mendapatkan perhatian dan penerimaan
- Terlalu lelah, kurang istirahat, banyak pikiran
- Merasa tertekan saat berhubungan dengan mertua dan kakak ipar
- Masalah Ekonomi
- Komunikasi yang kurang hangat dengan suami, dll
Cara Kerja Pikiran Bawah Sadar:
- Ingatan dapat melupakan sebuah kejadian, tetapi RASA, KEYAKINAN, dan EMOSI yang berhubungan dengan kejadian itu tertinggal disana selama makna masih ada.
- Belief system: Jagalah lisan, jangan mudah LABELLING, melarang, mengancam tanpa alasan.
- Pikiran --> Ucapan --> Tindakan --> Kebiasaan --> Karakter
- Tiap Perkataan adalah DOA, Perilaku menguatkannya
- Respon Positif --> Hasil Positif dan Respon Negatif --> Hasil Negatif.
Tidak ada seorang pun yang bisa menghindari berbagai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan dan tidak diharapkan terjadi, namun Allah memberi kita kemampuan untuk bisa merubah keadaan kita menjadi lebih baik dengan pertolongan Allah. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS.Ar-Ra'd:11)
Segala pengalaman tidak menyenangkan, menakutkan dan trauma yang kita alami terjadi atas izin dan sepengetahuan dari Allah
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs At Taghaabun: 11)
Segala pengalaman tidak menyenangkan, menakutkan dan trauma yang kita alami terjadi atas izin dan sepengetahuan dari Allah
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs At Taghaabun: 11)
Diskusi kedua:
Self Healing dengan Sadar Nafas oleh Fachecha, Praktisi Self Healing.
Diskusi kali ini diberikan audio dan materi bacannya. Link audionya https://drive.google.com/file/d/1UOkpuVL6B45Oxut5BqUgr-t9szbvRUTn/view?usp=drivesdk dan materi mengenali sensasi tubuh dan sensasi emosi (rasa) dengan sadar nafas dengan link https://docs.google.com/document/d/1w6qz-YeVkTrX2J-__rR94u4-qNZNkJet_90zzlUTTSI/edit?usp=drivesdk
3. Ilmu dari Go-Live
Minggu ini saya memakan ilmu yang sejalan dengan mind map yang telah dibuat. Saya belajar ilmu dari keluarga bahasa dan keluarga literasi.
MasyaAllah Tabarakallah, terimakasih atas segala ilmu yang diberikan para narasumber. Saya bersyukur banyak hal untuk ilmu-ilmu ini.
#jurnalke-4
#bundacekatan
#thejungleofknowledge
#Institutibuprofesional
#kelasulatulat
Salam dari Jeddah, KSA
Irma Tazkiyya
Komentar
Posting Komentar