Langsung ke konten utama

Untuk Apa Aku Hidup

Mata saya tertuju pada anak perempuan usia nya sekitar 19 tahun, anak nya kurus, kulit nya tampak kering, bibir pecah-pecah, tampak wajah yang tak ada semangat untuk hidup. Pergerakan diafragma dada nya menunjukkan anak tersebut mengalami sesak, air mata nya menetes perlahan.

Saya langsung menghampirinya, "Assalammualaikum" sambil memegang punggung tangan nya. 
"Saya, nurse irma" 
"Lili, saya bawakan oksigen untuk kamu pakai yah," langsung saya pasangkan selang oksigen ke hidung nya.
"Kamu akan baik baik saja," kataku  sambil memegang erat tangan nya.


Lili hanya mampu menangis dalam diam. Matanya hampa sambil seraya mengutuk kondisinya saat ini. Entah apa yang dipikirkannya, yang jelas ada sarat yang mengatakan, untuk apa saya hidup!

Sebelum melihat kehadiran lili di tempat tidur yang terletak disamping jendela, saya sudah membaca medical record nya terlebih dahulu. Lili berusia 19 tahun, saat ini terdiagnosa mengalami CKD (Chronic Kidney Disease), lili yang baru saja mengubah status nya dari siswa menjadi mahasiswa di kampus unggulan. Lili yang dengan kecerdasannya merasa tak berarti apa-apa saat harus terdiam dan pasrah melihat darah yang keluar dari tubuhnya harus dikelola oleh mesin yang tak dikenalnya. 



 


Manarik nafas dalam, sedih mengetahui usia nya baru 19 tahun, namun sudah terdiagnosa CKD. Sebelumnya lili masuk ke ruang ICU, yah ini adalah kedua kalinya saya melihat gadis remaja yang beranjak dewasa ini. Saat di ruang ICU, kondisi nya tidak sadarkan diri. Saya, perawat yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan hemodialisa atau cuci darah.

Dan sekarang sudah empat belas hari setelah saya melihat lili dirawat di ruang ICU, kondisi jauh lebih baik. Tanda-tanda vital nya mulai stabil, begitu pula pernafasannya. Namun, tampaknya lili belum menerima kondisi nya saat ini. Diusianya yang masih belia, perlu waktu yang lama untuk menerima kondisinya saat ini. Saya paham akan perasaaan yang dialaminya. Siapapun pasti butuh proses waktu untuk menerima kondisi bahwa hidup kedepannya sangat tergantung dengan mesin cuci darah. 

CKD atau gagal ginjal kronis adalah kondisi saat fungsi ginjal menurun secara bertahap karena kerusakan ginjal. Secara medis, gagal ginjal kronis didefinisikan sebagai penurunan laju penyaringan atau filtrasi ginjal selama 3 bulan atau lebih. Mengapa diusia lili yang masih 19 tahun sudah terdiagnosa CKD? yahh, menurut hasil riwayat penyakitnya, memang lili mempunyai diabetes dari sejak kecil.  Diabetes merupakan penyakit di mana tubuh lili tidak membuat cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin dengan benar. Insulin sendiri adalah hormon yang mengatur jumlah gula dalam darah. Tingkat gula darah yang tinggi dapat menyebabkan masalah pada banyak bagian di tubuh lili. Jenis diabetes yang paling umum adalah Tipe 1 dan Tipe 2. Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada anak-anak dan salah satu nya lili. Penyakit ini juga disebut juvenile onset diabetes mellitus atau insulin-dependent diabetes mellitus. Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak membuat cukup insulin dan lili harus menggunakan suntikan insulin selama sisa hidupnya. 


Sangat disayangkan ketika lili mengaku, beberapa bulan terakhir ini, dia mencoba untuk tidak menyuntikan insulin karena bosan. Yah, bagaimana tidak bosan melihat jarum insulin pun rasanya ingin melempar dan membuangnya ke tempat sampah, walah dia tahu, dia sangat membutuhkan insulin itu. Bukan hanya karena bosan, gaya hidup lili setahun belakangan ini bisa dibilang gaya hidup yang tidak sehat untuk penyandang diabetes tipe 1. Lili ingin menikmati hidupnya, seperti teman-teman nya. Sejenak merayakan kecerdasannya karena telah mengalahkan ribuan calon mahasiswa untuk merebut kursi di Universitas Indonesia.

Lantaran sikap nya yang belakangan ini lebih mendominasi emosi gejolak anak muda dibandingkan logika. Tuhan mengujinya, dengan kondisi cairan dan elektrolit, serta limbah di dalam tubuh lili menumpuk. Gejala ini dapat terasa lebih jelas saat fungsi ginjal sudah semakin menurun. Pada tahap akhir Gagal Ginjal Kronis, kondisi lili dapat sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan terapi pengganti ginjal, salah satunya dengan cuci darah yang saat ini dijalaninya. 


Proses cuci darah hari ini sedang berjalan. Jadwal cuci darah lili tiga kali dalam seminggu, itu artinya dalam dua hari sekali lili harus datang ke rumah sakit untuk melakukan cuci darah selama empat jam. 

"Untuk apa aku hidup". kalimat itu mengagetkanku yang sedang memantau tekanan darah lili...


Saat proses cuci darah berlangsung, pemantauan berkala tanda-tanda vital pasien sangat penting sekali, untuk mengetahui kondisi aktual pasien. Karena pasien yang sedang berlangsung cuci darah rawan terkena komplikasi akibat hemodialisisnya. 


Langsung saya mengambil kursi didekat tempat tidur lili dan duduk disamping lili. 
"Saya sangat paham dan saya bisa merasakan apa yang kamu rasakan li", sambil memegang erat punggung tangan kanan nya. 
"Kita butuh waktu untuk menerima segala ketentuan Allah. Allah punya alasan mengapa kita masih hidup sampai saat ini"

"Aku sudah tidak punya masa depan lagi, untuk apa aku hidup", lili mengucapkan dengan ujung mata berair, dan tanpa kuasanya airmata pun jatuh di pipi putih pucat nya. 


"Yakinlah li, kamu punya masa depan yang cerah. Lihat disekeliling kamu, semuanya adalah pasien cuci darah. Ada yang sudah 10 tahun menjalani cuci darah dan dalam karirnya juga sukses"

Hidup ini tak selalu berjalan sesuai dengan keinginan kita. Saat itu terjadi, janganlah marah atau menyalahkan Tuhan. Justru kita harus yakin, kalau Allah punya jalan lain yang lebih baik untuk kita.
Terus berdoalah li, agar kita diberikan kekuatan untuk melalui semua ini. Siapa tahu setelah semuanya berlalu, kita akan menjadi pribadi yang lebih kuat dan penyabar.
Lili memandang ku dalam diam, senyum manis tampak di bibir tipis nya, sambil mengucapkan "terimakasih suster."
Bukan hal yang aneh ketika seseorang yang terdiagnosa gagal ginjal mengalami stress dan tidak menerima dengan kondisi saat ini. Bagi saya itu semua adalah proses. Proses menerima, proses move on dan menjalani hidup nya kembali. Setiap orang mempunyai masalah tersendiri. Namun yakinlah Allah tidak akan membebani suatu masalah jika hambanya tidak kuat untuk memikulnya. 
Sebagai perawat Hemodialisa, hubungan kami dengan pasien-pasien cuci darah bisa menjadi seperti hubungan keluarga, karena pasien tersebut akan datang rutin setiap dua atau tiga kali dalam seminggu. Dan untuk memberikan 'terapi psikologis' pasien agar menerima kondisi nya saat ini. Namun walau bagaimanapun hubungan ini harus didasarkan hubungan profesional antara tenaga medis dan pasien nya. 
-----------------------
Sepenggal kisah itu terjadi saat saya masih berkerja menjadi perawat hemodialisa. Saya mencintai profesi saya. Profesi saya mengajarkan saya banyak hal. Mengajarkan arti sabar dan syukur secara bersamaan. 

Bagi siapapun yang saat ini mengalami sakit kronis khususnya terdiagnosa gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah selama sisa hidupnya. Saya sungguh sangat memahami apa yang kalian rasakan. Sungguh. Percayalah Tuhan selalu punya rencana baik di balik takdirNya, carilah hikmah itu. Temukanlah alasan mengapa Allah masih memberikan kesempatan hidup kepada kita. Selanjutnya, pertahankanlah pikiran positif dan teruslah berkarya. Doaku terselip nama kalian. 




Sepenggal kisah
Irma Tazkiyya



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mandiri di taman bermain

Kemandirian perlu diajarkan sedini mungkin pada anak. Karena perilaku anak dapat dibentuk dari pengaruh lingkungan, sedangkan lingkungan terbesar anak-anak adalah rumah. Apabila anak sudah memasuki usia 1 tahun, seperti Tsaqifah Fahimmah Firdaus, nah wajib ni harus di latih kemandirian secara bertahap. Perlu proses waktu dan kesabaran untuk melatih anak usia 1 tahun untuk mandiri. Mandiri di taman bermain Pada seusia qifa (1 tahun 4 bulan), qifa dilatih untuk dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain sehingga mampu mendukung qifa tertarik dengan lingkungan sekitarnya. Keingintahuan yang besar akan membantu qifa untuk mengeksploirasi lingkungan dan kemampuan motorik. Selama lingkungan yang nyaman dan aman maka saya sebagai orangtuanya tidak usah melarangnya, perhatikan dan berikan pengawasan saja. Salam Ibu Profesional Irma Tazkiyya # Hari 3 # Tantangan10Hari # Level2 # KuliahBunSayIIP # MelatihKemandirian

Aplikasi Flightradar24

Saya mencoba melihat aplikasi apa saja yang sudah ada di android ini, ternyata ada satu aplikasi yang jarang saya pakai, yaitu aplikasi flightradar24. Aplikasi ini, sebenarnya lebih sering suami yang pakai, karena berhubungan dengan kedatangan pesawat atau aktivitas penerbangan.  Flightradar24 sendiri merupakan sebuah aplikasi yang menyediakan berbagai informasi mengenai keberadaan sebuah pesawat secara real-time di seluruh dunia. Melalui aplikasi ini, bukan hanya informasi mengenai nomor penerbangan pesawat, kita juga bisa melihat jenis pesawat yang sedang diterbangkan, darimana dan kemana pesawat tersebut terbang, hingga beragam data lainnya dimulai dari ketinggian pesawat dan kecepatan pesawat pada saat itu. Aplikasi ini bekerja dengan cara menangkap informasi yang dipancarkan dari alat pelacak yang disematkan pada sebuah pesawat terbang dan menampilkannya ke dalam sebuah visualisasi gambar. Untuk menggunakan aplikasi ini, caranya cukup mudah. Ketika pertama kali d

Anak adalah Bintang. Part-6

Senang deh kalau sudah main di laut, apalagi kalau sudah ada ayunan nya. Qifa dengan gesit nya naik ke ayunan dibantu oleh papah. Setelah naik diayunkan  secara perlahan lahan, qifa happy banget...  Bermain tak hanya berfungsi sebagai penghibur dan pengusir rasa bosan bagi qifa. Kegiatan ini juga dapat mendukung tumbuh kembangnya qifa. Mainan dan bermain bisa membantu  merangsang perkembangan fisik, sosial emosional, dan kognitif qifa, agar kelak menjadi bintang. Bintang di hati mamah dan papah. #kuliahbundsay #day6 #semuaanakadalahbintang #institutibuprofesional #kelasbundasayang Irma Tazkiyya Jeddah, KSA