Langsung ke konten utama

Hijrahku

Saya yang sekarang berbeda dengan yang dahulu.

Memilih jurusan di Universitas Kehidupan? 

Sepertinya pertanyaan ini mudah untuk dibaca, namun sangat sulit saya menjawabnya. Butuh beberapa jam merenung untuk menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan ini menjadi refleksi diri, mau dibawah kemana ‘perahu kecil ku’ (baca: keluarga).

Awal mendaftar sebagai peserta Martikulasi Intitute Ibu Profesional Luar Negeri (IIP LN) batch 4 yang digalang oleh ibu Septi Peni Wulandani, nurani ku sebagai seorang ibu bergerak. Seluruh ibu di dunia ini pasti ingin memberikan pola asuh-asah-asih terbaiknya untuk sang buah hati, begitu juga dengan saya. Memilih jurusan yang menjadi sangat prioritas di Universitas kehidupan, saya sebagai seorang istri dan ibu pasti ingin mempelajari dan menjalankan ilmu parenting terbaik untuk sang buah hati. Yah saat ini memang itu yg terpenting.

Namun, jika saya mengingat cita-cita saya sebelum menikah, tidak ada terbesit sekalipun ‘parenting’ adalah jurusan yang ingin saya dalami. Sebelum menikah saya termasuk orang yang workaholic, dan tiba saatnya saat sang pangeran (baca:suami ku tersayang) melamar dan kami pun menikah. Sebelum menikah kami sudah jarak jauh, komunikasi lebih sering melalui sosial media, seingat saya sebelum kami menikah, saya pernah bilang ke suami kalau setelah kita menikah nanti, saya ingin tetap bekerja. Suami pun membalas melalui pesan singkat nya; ‘iya tidak apa’.

Dan semua berubah, setelah kami dikaruniakan seorang anak perempuan. Kami tinggal di Negara orang jauh dari keluarga. Sebagai seorang ibu muda yang masih ingin bekerja, terbesit dalam pikiran ku ingin membayar pengasuh untuk merawat anak saat saya bekerja. Namun saat berdiskusi dengan suami, beliau berkata; ‘kamu tega ninggalin anak kita sama pengasuh’.  Rasanya nafasku mulai berhenti, mendengar kalimat suami. Langsung kupeluk erat anak ku, kucium seluruh tubuh anak ku dan ku bisikan “sayang, mamah tidak mau ninggalin kamu, mamah ingin melihat setiap detik tumbuh kembangmu, mamah ingin menjadi ibu yang terbaik untuk kamu, nak. Mamah sayang kamu karena Allah”.    

Ya Allah, yang Maha membulak balikan hati, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berada di jalanMu. Menjadi orang tua yang amanah menjaga titipin Mu. Ya Allah, izinkanlah saya menjadi seorang istri dan ibu terbaik, dan dapat mencetak kaderisasi yang terbaik di mata Mu, Ya Rabb. Aamiin

Akhir kalimat di sesi aliran rasa ini, saya mengucapkan terimakasih atas kesempatan dan ilmunya untuk seluruh team Martikulasi Institute Ibu Profesional. 

Jeddah, 24 Mei 2017
Irma Tazkiyya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puasa di Negeri Rantau

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ’anhuma, dia berkata:  Rasulullah sallallahu ’alaihi wasallam bersabda kepada wanita dari Anshar: ”Apa yang menghalangi anda melaksanakan haji bersama kami?” Dia berkata: ”Kami hanya mempunyai dua ekor onta untuk menyiram tanaman. Bapak dan anaknya menunaikan haji dengan membawa satu ekor onta dan kami ditinggalkan satu ekor onta untuk menyiram tanaman.” Beliau bersabda: “Jika datang bulan Ramadan tunaikanlah umrah, karena umrah (di bulan Ramadhan) seperti haji”. Dalam riwayat Muslim: “(seperti) haji bersamaku,” (HR. Bukhari, no. 1782, dan Muslim, no. 1256) Bulan Ramadhan mempunyai nilai tersendiri bagi saya dan semua umat muslim di belahan bumi ini. Bulan yang ditunggu-tunggu kehadirannya, karena dibulan suci Ramadhan kita mempunyai alasan kuat untuk meningkatkan aspek ibadah kita terhadap Allah SWT. Saat ini, saya tinggal di Jeddah Arab Saudi. Baru dua tahun saya menjalani ibadah puasa di negeri gurun penghasil minyak bu

Mandiri di taman bermain

Kemandirian perlu diajarkan sedini mungkin pada anak. Karena perilaku anak dapat dibentuk dari pengaruh lingkungan, sedangkan lingkungan terbesar anak-anak adalah rumah. Apabila anak sudah memasuki usia 1 tahun, seperti Tsaqifah Fahimmah Firdaus, nah wajib ni harus di latih kemandirian secara bertahap. Perlu proses waktu dan kesabaran untuk melatih anak usia 1 tahun untuk mandiri. Mandiri di taman bermain Pada seusia qifa (1 tahun 4 bulan), qifa dilatih untuk dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain sehingga mampu mendukung qifa tertarik dengan lingkungan sekitarnya. Keingintahuan yang besar akan membantu qifa untuk mengeksploirasi lingkungan dan kemampuan motorik. Selama lingkungan yang nyaman dan aman maka saya sebagai orangtuanya tidak usah melarangnya, perhatikan dan berikan pengawasan saja. Salam Ibu Profesional Irma Tazkiyya # Hari 3 # Tantangan10Hari # Level2 # KuliahBunSayIIP # MelatihKemandirian

Mengamati Gaya Belajar Anak - part3

Hari ini banyak teman-teman qifa yang datang ke rumah, sambil nengokin baby boy. Dari teman-teman nya yang datang hari ini, qifa yang paling kecil baru 18 bulan. Qifa senang bermain bersama, bermain mobil-mobilan yang ada musik nya. Ketika tombol itu dipencet, keluarlah musik-musik  dan sekita qifa menggoyangkan kepalanya ke kanan dan kiri. Qifa senang mendengarkan musik, lagu-lagu dan suka meniru lagu-lagu yang didengarkan nya. Walaupun apa yang diucapkan qifa belum jelas, namun nada-nada lagu suka ditirunya sambil menggoyangkan kepalanya. Apakah mungkin tipe gaya belajar qifa termasuk auditory. Emm.. bisa iya atau tidak, karena diusia nya yang masih dini bisa saja berubah tergantung dari stimulus-stimulus yang sering diterima qifa.  # harike 3 # Tantangan10hari # GameLevel4     # GayaBelajarAnak # kuliahBunSayIIP Jeddah, KSA Irma Tazkiyya